Dowa Handbag mungkin masih asing bagi sebagian orang. Produsen tas wanita yang berlokasi di Jl Godean km 7 Sidomoyo Yogyakarta ini memang tergolong masih baru. Meski begitu, pabrikan tas ini telah melebarkan sayapnya hingga dikenal di luar negeri, sudah banyak Toko Butik Online maupun toko butik offline terkenal yang menjual produk tersebut.
Delia Murwihartini, Direktur PT Dowa Hanandy Utama mengatakan, meski masih tergolong baru, sebenarnya dia sudah sejak lama merintis usaha tersebut. Dia mengaku sebenarnya sudah merintis produksi tas sejak 20 tahun lalu.
"Namun, masih dilakukan dalam skala yang sangat kecil. Sistem pemasarannya pun masih sangat sederhana. Biasanya saya jual langsung ke turis-turis yang berkunjung ke Yogya, atau saya titipkan di produk di hotel-hotel. Pokoknya seperti jemput bola," ujarnya ketika ditemui di showroom-nya, belum lama ini.
Menurut Delia, awalnya ia hanya mempekerjakan sebanyak lima orang karyawan, termasuk juga membantu dia memasarkan produk langsung kepada konsumen. Dia menyadari dengan sistem pemasaran seperti itu, susah baginya untuk mengembangkan usaha.
"Dulu pernah saya bertemu dengan orang Swiss dan tertarik melihat produk saya. Saya tidak menyia-nyiakan peluang itu. Orang Swiss itu akhirnya langsung order sebanyak 100 tas," ujar Sarjana Komunikasi UGM ini.
Namun dia mengaku pada saat itu belum menemukan formula untuk meningkatkan usaha, hingga akhirnya dia bertemu dengan petinggi dari Departemen Perdagangan dan ditawari untuk ikut pameran.
"Saya akhirnya ikut pameran di Paris pada 1991 setelah melakukan presentasi di Depdag. Dari sana saya kemudian mendapatkan calon konsumen yang potensial. Setelah pameran usai, saya mendatangi alamat mereka satu persatu dan hasilnya sangat memuaskan," ungkapnya.
Merek sendiri
Dari sanalah Delia mulai menemukan pangsa pasar yang jelas. Bahkan dari kegigihan usahanya dia pun mendapat kepercayaan untuk memproduksi brand-brand terkenal seperti Lina, The Sak hingga Fergie.
"Namun, saya merasa saya juga harus memiliki brand sendiri dan tidak hanya memproduksi pesanan pabrikan luar. Akhirnya saya berpikir untuk memproduksi brand Dowa," tegas wanita kelahiran 18 Mei 1961 ini.
Perlahan tetapi pasti, Delia makin memantapkan usahanya. Saat ini dia sudah memiliki pabrik 3 buah dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 200 orang dan kapasitas produksi 80.000 tas per bulan. Dari produksi pesanan brand asing, Delia rata-rata mampu meraup omzet sebesar US$10 juta.
Dari brand Dowa sendiri, paling tidak omzet yang diraih sebesar Rp3 miliar dalam setahun. Produk Dowa yang mengusung citra fairness dijual dengan kisaran harga Rp125.000 hingga Rp1 juta per buah.
Ke depan, menurut Delia, dia akan lebih mengembangkan Dowa sehingga makin berkibar di dunia internasional. Untuk mewujudkan visi tersebut, Delia mengaku lebih mengeksplor fashion tas Yogya dan inspirasi dari Fashion TV dan majalah asing.
Saat ini Dowa makin berkibar dan rutin mengikuti pameran di luar negeri seperti Hamburg, Paris, Hong Kong, Tokyo, Osaka, Milan maupun New York. Dalam pameran internasional tersebut tak jarang Dowa ikut disandingkan dengan brand-brand internasional seperti Dior dan Gucci.
Untuk memenuhi permintaan yang semakin lama semakin banyak, Delia juga melakukan kemitraan dengan perajin-perajin tas yang tersebar di desa-desa DIY-Jateng. Menurut dia, potensi yang ada di Indonesia layak untuk bersaing di dunia internasional.
Sabtu, 28 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar